Redaktur : Ulvia Fitra Aini
(Gambar
mengenai penggunaan bahasa ibu. Credit
: google)
Serang–
Pada tanggal 21 Februari
kemarin, tidak banyak orang yang mengetahui bahwa pada hari itu diperingati
sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Bahasa ibu itu sendiri adalah bahasa
daerah asal kita atau bahasa yang khas dari suatu daerah. Misalnya, kita berkuliah
di Provinsi Banten khususnya daerah Serang, maka bahasa ibu yang dikenal disini
adalah Bahasa Sunda atau bahasa Jawa Serang (Jaseng). (23/2)
Apakah
penggunaan bahasa ibu masih penting di bangku perkuliahan? Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa menjawab hal itu dengan salah satu mata kuliahnya yaitu Mata
Kuliah Studi Kebantenan. Faisal Tomi Saputra atau yang biasa dikenal Tomi, selaku
dosen Mata Kuliah Studi Kebantenan mengatakan bahwa belajar budaya daerah
khusunya bahasa kita sendiri itu penting, karena itu menjadi salah satu potensi
yang harus dipertahankan. Karena ketika bahasa lokal itu hilang, kemungkinan kita hanya
akan bergantung terhadap satu bahasa,
dan bahasa itu menjadi identitas daerah tersebut.
“Tapi
yang utama adalah mau gak
mau kita harus melestarikan bahasanya itu sendiri. walau kita bukan orang asli
daerah tersebut. justru itu kebanggaannya,” kata Tomi.
Tomi
pun memaparkan fungsi lain menggunakan bahasa daerah yaitu akan muncul rasa
kedekatan dan timbul saling menghargai serta rasa toleransi datang dengan
sendirinya.
“Masih malu-malu. Karena
mediumnya tidak dibangun atau infrastruktur. Misalnya, kaya di radio atau di televisi ada program.
Padahal itu menarik. Tapi
sekarang alhamdulillah udah mulai digerakin termasuk dengan mata kuliah
ini,” lanjut Tomi ketika ditanya mengenai mahasiswa/i yang menggunakan bahasa
daerah.
Kembali
kebahasan sebelumnya mengenai Hari Bahasa Ibu, ada orang yang sama sekali tidak
tahu tentang hal
itu. Seperti Lilla Annola mahasiswi Fakultas Hukum 2016 ketika di tanya
mengenai hari tersebut.
“Bahasa daerah Banten ya? Menurut saya
lebih cenderung ke bahasa Sunda kasar gitu karena dulu sebelum jadi provinsi
Banten kan masuknya provinsi Jawa Barat kan?” jawab Lilla.
Meskipun
demikian, Lilla berharap semoga bahasa daerah setempat bisa terus ada dan tidak
terkontaminasi dengan bahasa yang tidak pantas kemudian merusak bahasa daerah
tersebut, sehingga bahasa daerah itu sendiri bisa dilestarikan dan diterima
oleh semua masyarakat.(GY/ULV/Newsroom)
0 Komentar