Redaktur : Selvi Mayasari
Wanita
bisa mencari jati dirinya dan mengembangkan bakatnya lewat pekerjaannya. Namun
bukan kewajibannya menanggung beban ekonomi. (04/03) Sumber: (google.co.id)
SERANG –
Di zaman sekarang, sudah bukan hal yang tabu jika wanita pun memiliki karir
yang cemerlang. Alasan seperti “daripada diam saja dirumah, lebih baik kerja
diluar rumah”, “lumayan uangnya bisa buat shopping”,
“aku sebagai wanita pun berhak menggapai cita-cita”, dan sabagainya yang
mendasari mereka memilih untuk menjadi wanita karir.
Pada
dasarnya, bukanlah kewajiban wanita mencari uang dan menjadi tulang punggung
keluarga. Namun tidak salah jika mereka memilih bekerja dan berprestasi di
bidangnya. Seperti Nani Agustin, wanita 44 tahun ini memiliki prestasi kerja
yang cukup cemerlang. Sejak tahun 1993, Nani sudah memulai karirnya dengan
berbagai macam pekerjaan mulai dari penyiar radio, sekretaris kantoran, bekerja
di kantor pajak dan sekarang berprofesi menjadi consultan accounting yang menjabat sebagai Area Manager Jiwasraya
cabang Serang.
“Saya
bekerja karena diberi kesempatan oleh suami keluar rumah untuk bersosialisasi,
bukan untuk mencari nafkah,” ujar Nani. Minggu (04/03).
Nani
mengaku di tempat ia bekerja saat ini, ia mampu mendapatkan komisi kurang lebih
Rp. 15.000.000 dan belum ditambahkan lagi dengan tunjangan manajer, reward yang diberikan jika ia mencapai
target dan sebagainya. Waktu kerja yang fleksibel, tidak membuatnya lupa akan
kewajibannya menjadi seorang istri dan ibu dari dua orang anak. Ia bisa
mengatur jam kerjanya agar tidak mengganggu waktu bersama keluarganya.
Dari
pendapatannya, tidak ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Nani juga
sangat jarang memisahkan secara khusus untuk kebutuhan sekunder atau tersier pribadinya.
Ia lebih memilih untuk mendepositkan pendapatannya yang bisa ia gunakan di masa
mendatang. Seperti biaya pendidikan anak, investasi dan lainnya.
Berbeda
dengan Nani yang memiliki jam kerja yang fleksibel, Shinta Dhamayanti yang
menjabat sebagai Kasi Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Serang memiliki
waktu kerja yang tetap dari hari Senin sampai Jumat.
“Alhamdulillah,
selama ini bisa membagi waktu untuk keluarga dari sore hingga malam juga full time di waktu weekend. Intinya, pekerjaan tidak mengganggu waktu bersama
keluarga.” jelas Shinta.
Wanita
dengan empat orang anak ini mengaku 30% gajinya ia alokasikan khusus untuk
kebutuhan pribadi. Sisanya ia gunakan untuk menabung, membelikan keinginan
anak, dan sesekali juga membantu untuk membiayai kebutuhan keluarga. Make up, baju, kerudung adalah yang
dijadikannya alasan untuk memisahkan baya secara khusus dari pendapatannya.
“Ya
wanita bekerja itu ada yang ingin mengabdi untuk negara, ada yang karena ingin
punya uang sendiri kan. Kalau saya memilih bekerja untuk mengapresiasikan
pelajaran-pelajaran yang pernah diambil di waktu sekolah dan kuliah, juga ingin
membuktikan kalau perempuan juga bisa tidak bergantung dengan suami untuk
kebutuhan pribadi.” ujarnya.
Dilansir
dari CNNIndonesia.com, Pertumbuhan sebesar 16 persen dari tahun 2015
menempatkan Indonesia masuk dalam 10 besar negara di dunia untuk jumlah
perempuan di posisi manajemen senior perusahaan.
Seperti
yang dijelaskan oleh Elvin Bastian, Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untirta, wanita pun ingin membuktikan bahwa mereka bisa melakukan hal yang sama
dengan laki-laki di bidang ekonomi, dalam hal ini adalah bekerja. Namun bukan
ranahnya wanita menyelesaikan masalah ekonomi keluarga.
“Bekerja
itu kesempatan bagi wanita untuk berkembang bukan untuk mencari pendapatan bagi
keluarganya, dengan catatan kewajiban ia sebagai istri dan ibu tidak terganggu”, Ujar Elvin. (DWK/SLV/NEWSROOM)
0 Komentar