Redaktur : Agnes Yusuf
“Kegiatan
Mahasiswa dalam Aksi Hardiknas KBM Untirta”
SERANG
– Pada (2/5) lalu, kita semua telah memperingati Hari Pendidikan Nasional.
Pendidikan dianggap menjadi hak yang sangat penting bagi manusia. Ada banyak
cara yang bisa dilakukan setiap orang untuk memaknai Hari Pendidikan Nasional
ini. Salah satunya adalah aksi tuntutan BEM KBM Untirta yang dilakukan di depan
Gedung Rektorat Untirta.
Dalam
aksi ini, BEM KBM Untirta beserta para mahasiswa Untirta lainnya memberikan
beberapa tuntutan kepada para jajaran Rektorat
dalam mengatur sistem di kampus yang mereka anggap telah mengganggu dan
membebani mahasiswa dalam menjalani perkuliahan. Mereka beranggapan, Hari
Pendidikan Nasional ini menjadi moment
yang sangat pas untuk bisa menyuarakan tuntutan mereka demi kemajuan pendidikan
di Untirta.
“Iya,
ini kan sebagai memperingati hari pendidikan nasional, para mahasiswa telah
memberikan tuntutan-tuntutannya terkait SPI atau banyak sekali permasalahan
lain yang diangkat oleh para mahasiswa Untirta yang dipimpin oleh BEM KBM
Untirta sendiri.” Kata Fuji mega utami (18), salah satu mahasiswi yang
mengikuti kegiatan aksi ini.
Ia
juga mengatakan, banyak teman-temannya yang diharuskan membayar uang SPI
(Sumbangan Pengembangan Institusi) yang cukup tinggi namun mereka sendiri tidak
merasakan fasilitas yang seimbang dan memadai bagi mereka sendiri di kampus.
“Saya
sendiri sih tidak terlalu merasakan, tapi teman-teman saya merasakan yang SPI
nya bisa dikatakan sangat tinggi sekali dibandingkan dengan fasilitas yang
disediakan itu tidak seimbang dan tidak begitu memadai.” tuturnya
Berbeda dengan hal tadi, mahasiswi
Untirta bernama Siti Kholisoh Ahyani (20) atau yang sering dipanggil Hani,
memiliki pendapat lain dalam memaknai Hari Pendidikan Nasional ini. Ia
beranggapan bahwa peringatan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh dalam satu
hari itu hanyalah sebuah ceremonial semata. Meski sering
diadakan, namun beberapa kekurangan dalam menjalankan pendidikan tidak
mengalami peningkatan yang signifikan.
“Itu hanyalah sebuah ceremonial semata. bertahun-tahun
diadakan namun tidak memberikan dampak yang signifikan. Kesejahteraan pengajar
yang jauh dari kata wajar, sarana dan prasarana yang masih menyedihkan” Tutur Hani saat ditanya
tanggapannya mengenai Hari Pendidikan Nasional.
Mahasiswi yang sering mengikuti
kegiatan mengajar ke pelosok-pelosok desa dalam beberapa kegiatan seperti FISIP
mengajar, Mari Mengajar, dan Banten Pintar ini juga mengatakan, Hardiknas ini seharusnya
dilakukan setiap hari, karena mendidik tidak hanya butuh satu hari, tapi untuk
seterus-terusnya.
“Mendidik
tidak mesti tugas seorang guru, setiap manusia berkewajiban untuk mendidik. Jadi Hardiknas
sebaiknya dilakukan setiap hari karena mendidik tidak hanya butuh satu hari,
tapi sampai nanti waktu yang tak bisa dikehendaki.” Lanjutnya.
Ia pun berharap, untuk kedepannya
kepada seluruh masyarakat Indonesia khususnya pemerintah untuk mampu
meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru. Kemudian, Sarana dan prasarana
serta infrastruktur bisa diperbaiki serta pendidikan karakter atau budi pekerti
kembali diterapkan. (AA/AY/Newsroom)
0 Komentar